Bekerja dengan Ikhlas
Dengan bekerja ikhlas kita bisa mendapat izzah dari Allah Subhanahu wata’ala, sebagaimana kita tau bahwa Allah
memerintahkan kita untuk bekerja, Allah berfirman pada Surat At-Taubah ayat
105:
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ
وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ
Terjemah
Kemenag 2002
105. Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah
akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Dalam dalil diatas terdapat makna
bahwa Allah senang jika hambanya melakukan pekerjaan secara profesional, yang
tentunya pekerjaan tersebut harus halal.
Namun yang harus diperhatikan
juga, pekerjaan yang kita lakukan harus dapat mendatangkan izzah/kemuliaan di
sisi Allah.
Jika dari sudut pandang manusia
kemuliaan itu seperti pujian dari masyarakat, harta yang banyak, jabatan
tinggi, maka tidak heran begitu banyak orang-orang yang rela berebut posisi
misalnya dalam pilkada berani mengeluarkan uang yang begitu banyak untuk modal
dalam mendapatkan posisi tersebut tanpa memikirkan apakah hal tersebut halal
atau tidak.
Namun jika dari sudut pandang
agama Islam yang mulia itu bukan posisinya tetapi apakah pekerjaan itu dapat
mendatangkan manfaat untuk kita dan juga dapat memberikan manfaat kepada
orang-orang disekitar kita. Dalam hadits pun dijelaskan:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ
إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِـنْ يَنْظُرُ إِلَى قُــــلُوبِكُمْ وَأَعْمَــالِكُمْ
Sungguh Allah tidak melihat rupa
dan harta kalian, melainkan melihat hati dan amal kalian.” [HR Muslim]
Contoh pekerjaan yang sangat mulia adalah
dokter, dalam situasi saat ini dokter-dokter rela berkerja tanpa
menghiraukan keluarganya bahkan dirinya sendiri, untuk menangani pasien-pasien
yang terkena covid-19, itu bentuk kemuliaan dalam bekerja, bentuk manfaat dalam
pekerjaan yang dilakukan, maka itu dapat menjadi hal yang mulia disisi Allah
Subhanahu wata’ala.
Jadi pointnya, bagaimana dengan
profesi kita, kita harus memahami bahwa bekerja itu adalah fardhu/kewajiban
untuk mencari nafkah, Adapun profesi yang kita tekuni itu fardhu kifayah
misalkan kita ahli dalam ilmu teknologi, komunikasi, informasi, itu adalah
fardhu kifayah yang artinya tidak semua orang harus bekerja dibidang itu.
Yang terpenting adalah apa yang
kita kerjakan dilandasi dengan motivasi, niat dan harapan untuk mendapatkan
ridho, nilai dari Allah Subhanahu wata’ala, inilah yang dinamakan ketakwaan.
Jadi landasan ketakwaan itu adalah ketika seseorang menjalani pekerjaannya itu
agar mendapatkan kemuliaan dari sisi Allah Subhanahu wata’ala, sesuai dengan
firman Allah Ta’ala :
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا
خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ
لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ
اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ
ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Terjemah Kemenag 2002
13.
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS. Al Hujarat :13)
Dan ternyata ketakwaan itu bukan semata-mata
ibadah-ibadah yang bersifat ritual tetapi ternyata penggabungan antara akidah
kemudian ibadah-ibadah ritual seperti sholat, berdoa, berzikir tapi juga ada
yang bersifat sosial, seperti firman Allah
۞ لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا
وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ
بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ
وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ
وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ
وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ
الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ
وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ
وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ
الْبَأْسِۗ
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
Terjemah Kemenag
2002
177. Kebajikan itu bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah
(kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan
(musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang
melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji
apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada
masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah :177)
Dalam ayat tersebut
dijelaskan bahwa kebajikan itu juga berupa memberikan harta yang dicintai
(uang, makanan), maka dari itu seorang muslim kenapa harus memiliki kekayaan
agar mampu melaksanakan ibadah tersebut, karena disana ada kemuliaan dari Allah.
Dari Hakîm bin Hizâm
Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan
yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan
sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak
membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allâh akan
menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allâh akan memberikan
kecukupan kepadanya.”
Maknanya adalah kita bersikap memberi bukan menerima,
oleh karena itu InsyaaAllah ini disebut amal ibadah di sisi Allah karena ia
memberikan manfaat kepada orang lain dan ini juga sesuai dengan hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat
bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan
oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).
Jika dalam keadaan seperti ini yang terbaik adalah
profesi dokter, karena mereka mengorbankan hidup mati mereka untuk orang lain,
untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Tentu bukan hanya profesi dokter
saja yang dapat mendapatkan kemuliaan dari Allah, profesi lainpun bisa dengan
catatan dibarengi niat ikhlas karena Allah dan penuh dedikasi dan tanggung
jawab, kerena niat yang ikhlaslah yang menentukan kualitas kita dihadapan Allah
Subhanahu wata’ala.
Kesimpulan agar Berkerja Keras Membawa Kepada Kemuliaan:
- Luruskanlah niat ikhlas karena Allah Subhanahu wata’ala dalam kegiatan bekerja kita kemudian tingkatkan kemampuan bekerja kita, jangan berhenti belajar untuk menjadi lebih professional.
- Memperhatikan nilai-nilai ukhrawi, bahwasanya yang kita lakukan itu bukan untuk dunia saja tetapi juga untuk akhirat juga
- Selalu zikirullah, untuk menghidupkan suasana kejiwaan kita, tasbih, tahmid, takbir, tahlil.
- Selalu bersifat qana’ah, yang telah Allah rezekikan untuk kita tanpa serakah dan rakus
- Selalu muhasabah untuk mengevaluasi kinerja kita dan untuk meningkatkan kinerja kita
wallahu a’lam bis-shawab
Penulis : ~Hamba Allah